Episode ke III

Kita sudah terlalu banyak berbincang sejak tadi, satu gelas kopi yang ku pesan sudah habis, begitu juga yang kau pesan. hanya roti bakar yang tersisa dengan rasa kecut karena obrolan ini menyita  masuk ke terowongan masa lalu. Kita hanya berkeliling dan berlabuh disebuah restoran kopi, membicarakan banyak hal tentang kehidupan masing - masing. Tapi tak pernah ada pengakuan tentang apa hubungan kita selama ini??, Sebuah mainan, mungkin jika memang dirasa mengasyikan.

Aku pernah mencintaimu hingga menekuk lutut, mencari celah sesempit apapun untuk meraih singgasana didalam hatimu. jadi saat ini kita hanya teman, yah teman. Memang selalu begitu dan tidak bisa diubah, lagipula aku tak ingin mengubahnya. Ini akan selalu menjadi hal yang baik untuk kita, saling mencintai dengan cara yang sunyi. Maka kami putuskan untuk tidak berterus terang mengenai perasaan apa yang menghinggapi kita. Malam ini sungguh seperti ada dalam panggangan, ketika bara menyala maka kipas mengayun menambah aroma panas.

"Crekk," kuambil sebatang rokok dan menyalakannya.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan setelah semua sidang perceraianmu selesai?".

"hmm," dia melihat kelangit - langit.

"Entahlah, yang jelas saat ini aku hanya ingin menyelesaikannya dulu, baru aku memulai sesuatu yang baru." Selalu diakhiri dengan tatapan tajam masuk kedalam mataku.

Begitu lama aku mengenalmu tapi baru kali ini melihatmu begitu dewasa. Pembawaanmu yang rileks membuatku sedikit heran. Aku membalas pandangannya. Pupil matanya membesar dan aku bercermin melihat kilaunya yang menyimpan banyak arti, sesekali seperti kagum memandangku, namun sesekali tatapannya kosong seakan aku tidak ada didepannya. Dia menceritakan kisahnya secara singkat, dan cukup membuatku sangat jelas. Karena semua sesuai dengan dugaanku dulu.

"hidup itu rumit yah," sambil melentangkan tangannya menjelajah sisi meja.

"yah, tapi gak terlalu rumit juga", Jawaban seadanya saja aku kira cukup.

Kita saling menatap kembali dalam waktu yang lebih lama. Aku sangat tahu dia, hatinya tidak pernah sepi dengan rayuan lelaki yang membajirinya, maka aku sudah tidak mau merayu ataupun melakukan hal - hal seperti lelaki lain kepadanya. Perasaanku kini, aku pun tidak tahu seperti apa. Semua bercampur aduk, bingung,rindu,benci, peduli, marah. Dan apa penyebabnya saja aku tidak pernah tahu. Dia hanya seorang mantan jika memang mengganggapnya. Karena memang dulu aku tidak pernah berkata bahwa aku mencintainya walaupun kita seharusnya sering mengatakannya. Aku tidak pernah membuat suatu komitmen yang jelas dalam suatu hubungan. Jadi, ketika hal seperti ini terjadi tidak banyak yang bisa kulakukan selain menyesali diri. Sampai pada akhirnya dia menikah dengan seseorang yang jauh lebih bisa berkomitmen, lebih mengerti akan dirinya.

Masa itu dimana aku merasa kerdil dari pada orang lain, merasa menjadi seseorang yang mengalami sial seumur hidup, permanen. Jika tuhan menciptakan copy-an yang mirip denganmu maka akan kukejar kemana saja, sampai aku temukan kutangkap dan kupenjarakan hanya untuk aku cintai sepenuh hati, walau harus memaksa. Obrolan malam ini dengannya begitu rumit dan menbingungkan. Ini sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu ketika keberaniaanku terkumpul dan kutata dengan baik, lidahku tidak sekaku sekarang. Semua ini hanya membuatku bertanya.

"Mengapa selalu ada kesempatan bertemu dengannya?"
"Selalu ada simpul yang berhubungan dengannya sekalipun aku jauh berlari darinya?"

Tuhan terlalu baik menyimpan sambungan - sambungan episode kisahku dengannya. Disatu sisi aku senang, disisi lain aku takut merasakan perasaan yang tidak seharusnya kurasakan lagi. Jangan sampai. Cerita yang terlalu berharga ini hanya boleh kulakukan sekali tanpa pengulangan. Diatas meja ini dadaku berkobar, denyutnya bertambah cepat setiap detik. Entah kenapa.  Kuciptakan pagar - pagar besi didalam hati ketika matamu menggoreskan luka - luka lama dari setiap pandangan.

Tapi akhirnya aku tersadar, Bukan hanya dia yang berubah, Banyak pelajaran yang kudapat dari apa yang telah terjadi. Aku rasa akupun telah berubah. Jadi biarkan semuanya berjalan seperti ini, tetap melihatnya tersenyum, sambil sesekali teropongku mengintai dari kejauhan melihat keadaannya. Tanpa harus mengganggunya terlalu banyak.








Komentar

Postingan Populer