Episode ke II
Pertemuan kita diciptakan bagai sebuah perangkap.
tertanam di dalam tanah dan meledakkanku,
bersamaan dengan setiap langkah berpijak.
Jengkal demi jengkal kulit yang terbakar membara
olehmu habis tergigit pisau bermata dua.
Kau bagai desir angin menusuk nadi layaknya jahitan rantai
pada kain kain sutra.
Dan seharusnya aku mengubahmu menjadi
gumpalan tanah, lalu melahirkannya kembali
ketika senja tertawa dan meronta seketika.
Seperti sisir merapikan helai waktu yang rumit.
Dengan begitu kita dapat meluruskan urat - urat takdir
sembari menghamburkan kemesraan;
di episode berikutnya, jika memang ada.
tertanam di dalam tanah dan meledakkanku,
bersamaan dengan setiap langkah berpijak.
Jengkal demi jengkal kulit yang terbakar membara
olehmu habis tergigit pisau bermata dua.
Kau bagai desir angin menusuk nadi layaknya jahitan rantai
pada kain kain sutra.
Dan seharusnya aku mengubahmu menjadi
gumpalan tanah, lalu melahirkannya kembali
ketika senja tertawa dan meronta seketika.
Seperti sisir merapikan helai waktu yang rumit.
Dengan begitu kita dapat meluruskan urat - urat takdir
sembari menghamburkan kemesraan;
di episode berikutnya, jika memang ada.
Komentar
Posting Komentar