Kata
Pantai Ohoililir |
Biar wajahmu merobek semua helai pakaianku
Menelanjangkan aku dengan angka-angka
Karena sejak tadi, kita jadi tak bernyawa
Biarkan kita berenang di ombak tutur kata
Dengan mulut hiu yang menganga
Kau mengunci lidahmu dan membakarnya
memenjarakan rentetan abjad –abjad
di sebuah bangkai perahu dari susunan kayu
dan kita hanya sedang mengambang
dikala ikan-ikan tertidur di celah karang
Bahkan disaat tuhan sudi menutup telinganya
barang dua menit saja, Asalkan kau mau bicara
Sekarang. Katakanlah melalui tiupan angin
dan hembusan nafas malam
Akupun telah menyiapkan cangkir berisi air
dari laut yang mendidih
untuk memaksa akar kata merambati kerongkonganmu
Ohoililir
I
Aku memandangmu, sembari merekam senja
saat terkagum melihat pasir panjang
yang putih tanpa batas di Pantai Ohoililir.
Matahari Jingga yang memukul pantai; sebenarnya memukulku juga lewat matamu yang sayu
Melampaui rindumu pada rumah
Kau berenang dan hanyut dipikiranku yang biru
Membawa biru itu ke kabin pesawat saat aku pulang
Lalu melompat ke bawah kapal yang melempar
jangkar di Selat Nerong
Semenjak itu kau hidup di kedalaman hati
Membuatku menjadi jasad ikan yang diurai oleh
Kepiting,
Dipungut oleh bulu babi, dan dihisap bintang laut
II
Air laut hangat mengalir ke kamarku bersamamu
Seperti Zoopje, ku tenggak hingga mual dan muntah
Tiga kali lebih asin dari darah
Begitulah rasa mabuk kepadamu kuakhiri
dengan halusinasi.
III
Dan waktu tak akan pernah kembali
Aku tahu, kelak kita kan saling merindu
Mengingat biru langit yang muram
Juga tanganmu yang dingin di dadaku
Camar yang terbang di sore yang hangat
Atau ketika kita mengambang dilautan kesedihan
Lalu aku berlari memeluk setiap tangis di dadamu
Kita pernah merasakan mabuk laut, apa kau ingat?
Kau merasakannya, Aku pun juga; Kita mabuk.
Oranye senja menjadi jembatan antara bibirmu dan bibirku.
Hingga, kuning-nya pagi memberi pelukan perpisahan
Maluku,2015
Komentar
Posting Komentar